Rabu, 18 April 2012

Waspadalah Penipuan Lewat Buku Antologi


Sehubungan dengan banyaknya isu PENIPUAN LEWAT BUKU ANTOLOGI, saya tergelitik untuk menceritakan pengalaman saya di masa lalu.

Tahun 2006 saya dan teman2 di milis Penulis Lepas mengumpulkan naskah antologi puisi. Karena akan diterbitkan secara self publishing (padahal saat itu yang namanya self publishing masih sangat asing. Kang Dani Ardiansyah aja belum saya kenal, hehehe...), maka kita sepakati untuk saweran biaya cetak. Saat itu, tiap penulis nyumbang minimal Rp 50.000

Waktu berlalu, proses penerbitan buku ini terkatung2. Saya sebagai koordinatornya merasa sangat bersalah. Apalagi, tanpa sadar uang yang terkumpul pada saya sedikit demi sedikit terpakai untuk biaya hidup :-(

Untungnya, bulan Januari 2011 saya dan mas Epri Tsaqib berhasil menerbitkan buku ini. Saya merasa lega, karena "hutang" saya telah lunas.

* * *

Masih di tahun yang sama, saya juga sempat mengkoordinir penerbitan buku antologi "Aktivis Dakwah di Mataku". Setelah semua naskah terkumpul, saya bawa ke sebuah penerbit. Tapi sepertinya penerbit ini super aneh. Awalnya mereka bilang naskah layak muat, akan segera diterbitkan. Tapi saya tunggu setahun lebih, belum terbit juga. Saya hubungi editornya, tak pernah ada respons. Lalu suatu hari, saya mengirim email protes kepada mereka. Dan secara ajaib, setelah itu mereka mengirim email yang berisi pesan, "Maaf, naskah Anda kami tolak karena belum layak terbit."

Duh! Ini penerbit kok aneh banget sih? Awalnya bilang iya, tapi setelah itu kita digantung, lalu setelah itu bilang tidak. Apa sih, maunya mereka?

* * *

Saya juga pernah mengadakan lomba menulis cerpen. Pesertanya 150-an lebih. Sudah terpilih nama2 pemenang. Lalu cerpen2 yang lolos saya kirim ke sebuah penerbit. Ternyata DITOLAK. Dan buku ini pun tidak berhasil terbit hingga hari ini.

* * *

Pengalaman demi pengalaman di atas TERUS TERANG membuat saya AGAK KAPOK untuk mengadakan proyek buku antologi. Karena ternyata, saat itu saya belum siap dari segi sumber daya dan sebagainya.

Berita baiknya, alhamdulillah tidak ada yang menyebut saya penipu. Syukur banget deh :)

Sejak saat itu, saya tak pernah mau lagi mengadakan proyek antologi. Padahal dari segi semangat, saya selalu tergelitik dan tergoda untuk mengadakannya.

Barulah setelah saya merasa mantap, setelah punya sumber daya yang memadai, terlebih karena ketika itu sudah ada Indie-Publishingcom, saya memberanikan diri membuat proyek buku "Audisi Menerbitkan Buku Bersama Jonru".

Alhamdulillah, proyek ini berjalan lancar. Dan saat ini... proses finishing bukunya agak lambat, karena saya sedang sibuk mengurus banyak hal di bidang bisnis. Tapi insya Allah sebentar lagi akan rampung.

Intinya:
Saya baru memberanikan diri lagi untuk mengadakan proyek antologi, setelah saya merasa yakin dengan ketersediaan sumber daya pendukungnya. Jika belum, maka terus terang saya belum berani.

Dan soal banyaknya isu mengenai "penipuan berkedok antologi", dugaan saya... mungkin si pelaku itu adalah orang yang sama seperti saya di zaman dulu. Mereka punya semangat yang menggebu-gebu, tapi sumber dayanya belum cukup.

Terus terang, saya dulu memang seperti itu, hehehehe....
Untungnya, tak pernah ada yang menyebut saya penipu. Karena setiap ada protes, saya selalu berusaha untuk menanggapinya secara baik2 dan memberikan alasan yang masuk akal.

Demikian share dari saya. Semoga bermanfaat ya :)
 ·  ·  · 15 April pukul 15:40

Tidak ada komentar:

Posting Komentar